Sebuah Penantian, Akan Kemuliaan Malam Seribu Bulan



            Kali ini saya ingin menceritakan sebuah pengalaman yang berbeda. Pengalaman ini saya dapatkan dari sebuah kegiatan yang tidak semua orang mau dan mampu menjalaninya. Pada awalnya, saya hanya mendengarkan semua ini melalui cerita, namun akhirnya saya berusaha untuk membuktikannya. Dan hal ini membuat saya percaya bahwa tarnyata, Masjid Raya nan megah yang memiliki lima menara, memang benar tidak pernah berhenti bersuara.
            Dari setiap kegiatan yang ada, mungkin ini yang teristimewa. Memang, kabarnya tak terlalu mendunia, kegiatannyapun tak terliput media. Karena memang hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja. Orang ‘tertentu’ namun bukan masalah miskin dan kaya, bukan juga perkara cacat dan sempurna. Tapi semua ini tentang rasa percaya dan kamauan untuk mendekatkan diri pada Allah ‘SWT.
            Awalnya, saya mengira bahwa kegiatan di Islamic Center Hubbul Wathan selama Pesona Khazanah Ramadhan hanya akan berlangsung dari pagi hari hingga setelah salat tarawih. Hingga akhirnya saya mencoba untuk berkunjung ke Islamic Center di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan.  Dan dari sinilah saya mulai mendapatkan sebuah pengalaman baru dan mulai melihat sesuatu hal baru yang belum pernah saya saksikan sebelumnya.
            Ketika bulan ramadhan telah menyentuh hari ke dua puluh, Islamic Center memberikan pengalaman yang berbeda, Islamic Center menyuguhkan kegiatan yang berbeda. Kegiatan yang berlangsung di malam hari, hingga waktu salat subuh.
Suasana Ibadah di ruangan utama.

            Kegiatan yang saya maksud adalah I’tikaf. Sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Menurut apa yang saya lihat, i’tikaf ini sendiri mulai dilakukan sejak memasuki minggu ketiga bulan ramadhan atau sepuluh hari terakhir menjelang berakhirnya bulan ramadhan.
            Kegiatan yang saya saksikan pada malam hari ini menambah deretan panjang hal-hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya di bulan ramadhan. Kegiatan ini sempat membuat saya tercengang, karena ini pertama kalinya saya melihat secara langsung bagaimana keimanan seorang muslim diuji. Dari sini saya belajar bagaimana cara seorang muslim memanfaatkan bulan ramadhan untuk sepenuhnya bulan mencari berkah dan ampunan dari Allah SWT.
            Memang, pada dasarnya kegiatan i’tikaf itu sendiri dapat dilakukan di rumah, atau tidak diwajibkan untuk dilaksanakan di masjid. Tapi sekali lagi, ini membuktikan bahwa sebenarnya Islamic Center Hubbul Wathan ini tidak pernah sedetikpun hening, setiap detiknya selalu diiringi dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, diisi dengan kegiatan ibadah dan diskusi keagamaan. Dan sungguh ini adalah cara yang benar ketika kita ingin memuliakan masjid raya terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat ini.
            Kegiatan i’tikaf yang saya saksikan di beberapa hari akhir sebelum bulan ramadhan berakhir ini bukanlah tanpa tujuan, setelah saya menelisik lebih dalam, ternyata para jamaah yang datang di tengah malam bulan ramadhan ini berusaha mencari petunjuk akan datangnya malam Lailatul Qadar atau malam yang kemuliaannya lebih baik dari Seribu Bulan.
            Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Qadr (Kemuliaan) yang artinya :
Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih Lagi maha Penyayang.
1. Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemulian
2. Dan tahukan kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikan dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

            Jika dilihat dari arti di atas, maka tidak dapat dipungkiri kenapa banyak orang yang merelakan waktu istirahatnya untuk berkumpul di masjid dan melakukan kegiatan keagamaan sepanjang malamnya. Kemuliaan Malam Lailatul Qadar memiliki banyak manfaat dan salah satunya adalah memohon segala ampunan atas dosa yang selama ini dilakukan.
           
Sungguh ini merupakan pengalaman yang menakjubkan menurut saya pribadi. Meskipun kegiatan dimulai pada tengah malam atau lebih tepatnya pukul 01.30 dini hari, tetapi jemaah yang hadir sangat ramai. Jika dilihat dari parkiran motor, sangat tampak banyaknya motor layaknya hari-hari biasa. Tak mau ketinggalan pula jumlah mobil yang ada.
            Sebelum memasuki ke ruang utama, bahkan di lantai dasar pun tidak sedikit orang yang sudah menggelar sajadahnya. Dan ketika kita berada di ruangan utama, pemandangannya semakin menakjubkan. Sejauh mata memandang setiap individu disibukkan dengan kegiatannya masing-masing. Mulai dari salat, membaca Al-qur’an, diskusi dan ada juga yang beristirahat. Karena kegiatan ini akan berlangsung hingga waktu sahur tiba, sehingga tidak sedikit pula jemaah yang terlihat membawa bekal pribadinya yang kemungkinan dimaksudkan untuk persiapan sahurnya.
            Menurut pengakuan beberapa jemaah yang saya temui dan sempat berbincang, mereka sangat bersyukur karena tahun ini pemerintah memiliki program keagamaan yang istimewa seperti Pesona Khazanah Ramadhan ini. Tidak sedikit yang merasa kagum karena bisa merasakan pengalaman melaksanakan salat malam berjamaah dan dipimpin oleh imam besar dari Timur Tengah. Semua ini diakui sebagai pengalaman yang sangat berharga.
            Di malam-malam akhir bulan ramadhan, hingga menjelang waktu sahur, menjadi waktu-waktu penuh dengan kesedihan. Di hari-hari akhir ini para jamaah dan imam besar yang hadir semakin menyadari bahwa bulan ramadhan akan berakhir. Lantunan ayat suci ketika salat tarawih terkadang diselingi dengan isak tangis kesedihan dari imam yang memimpin salat, yang sontak juga merangsang para jamaah lainnya untuk ikut merasakan kesedihan. Kesedihan itupun tidak berhenti sampai waktu tarawih usai, kesedihan itu semakin bertambah ketika memasuki waktu i’tikaf, tangisan semakin terdengar nyaring di tengah malam. Ada tangisan haru karena mampu berasakan kemuliaan malam lailatul qadar, dan di sisi lain ada juga tangisan kesedihan karena akan ditinggal pergi oleh bulan ramadhan.
           
            Pengalaman demi pengalaman saya lewati selama Pesona Khazanah Ramadhan tahun ini . Semoga masyarakat lainnya juga merasakan pengalaman yang sama atau bahkan lebih dari apa yang saya rasakan. Pesona Khazanah Ramadhan kali ini benar-benar membuat kami merasa sangat dekat dan merasa memiliki bulan ramadhan ini sepenuh hati.
            Tidak ada kata lain yang dapat saya ucapkan selain ucapan terima kasih kepada pihak yang telah terlibat. Kepada pihak yang sudah bersusah payah dan kepada pihak yang senantiasa terganggu tidurnya hanya untuk memikirkan kamaslahatan umat.
            Pengalaman kali ini, membuat saya sadar akan keutamaan bulan ramadhan diantara bulan lainnya. Serta keutamaan malam lailatul qadar di antara malam lainnya. Dan saya juga telah membuktikan bahwa ternyata Masjid Raya dengan Lima Menara itu, benar-benar tidak pernah berhenti bersuara.

            Ini barulah pertama kali terlaksana di Nusa Tenggara Barat, meskipun baru terfokus di Ibu Kota Provinsi, itu tidaklah menjadi masalah. Yang terpenting adalah, bagaimana agar prestasi ini mampu dipertahankan dan ditingkatkan. Sadari kekurangan untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi, dan syukuri prestasi-prestasi yang telah tercapai untuk kemudian ditingkatkan.
Sayang jika ini semua tidak dilanjutkan di tahun selanjutnya.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog #RamadhanDiLombok 2017 yang diselenggarakan REPUBLIKA & Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat."



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ikatan Duta Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mengenal Lebih Dalam Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Lombok Sumbawa

Tanya-Jawab Duta Bahasa NTB 2016 Tentang Universitas Mataram