Kolaborasi Dan Partisipasi Dalam Nuansa Islami. Mempererat Ikatan Dalam Pesona Khazanah Ramadhan
Pariwisata
Provinisi Nusa Tenggara Barat (NTB) seketika populer ketika NTB khususnya
Lombok meraih penghargaan Internasional dalam ajang World Halal Travel Award 2015 di Abu Dhabi. Tidak
tanggung-tanggung, Lombok berhasil menyabet dua penghargaan sekaligus yaitu World Best Halal Tourism Destination dan
World Best Halal Honeymoon Destination. Menurut
saya pribadi, penghargaan ini sangatlah istimewa, karena Lombok seakan-akan
menjadi embrio lahirnya destinasi halal baru di Indonesia, setelah sebelumnya
kita ketahui bahwa Aceh adalah daerah syariah yang sangat dikenal pariwisata
halalnya bahkan disebut sebagai serambi mekah.
Keputusan pemerintah untuk menambah
‘jualan’ baru pariwisata Lombok dengan label pariwisata halal merupakan suatu
keputusan yang tepat. Karena dari segi geografis, sudah sangat mendukung dan
sudah seharusnya menjadi peluang. Lihat saja, NTB di apit oleh 2 provinsi besar
di bagian barat dan timurnya. Di bagian barat, NTB bertetangga dengan Pulau
Bali, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindhu, sehingga dijuluki sebagai
Pulau Seribu Pura. Lalu di sebelah timur, NTB bertetangga dengan Provinsi NTT,
yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen. Dari segi peluang pariwisata,
sudah seharusnya kondisi geografis ini dijadikan peluang, yang kemudian dapat
menjadi pembeda atas keunggulan dari setiap daerah tersebut.
Selanjutnya jika dilihat dari segi kearifan
lokal, aspek-aspeknya sangat mendukung. Pertama, Lombok dikenal sebagai pulau
1000 Masjid, karena di pulau ini, kita begitu mudah untuk menemukan masjid
meski di dalam perkampungan atau gang-gang kecil. Kedua, Lombok memiliki basis
oraganisasi islam besar yang dikenal dengan nama Nadhlatutl Wathan, yang telah mengorbitkan begitu banyak
haifz-hafiz Al-quran. Yang ketiga, NTB memiliki seorang Gubernur yang juga
merupakan seorang penghafal Alqur’an. Hal-hal tersebut menurut saya merupakan
poin-poin penting yang dapat mendukung implementasi dan rasionalisasi penerapan
pariwisata halal di Lombok.
Saya telah menetap di Lombok hampir
lima tahun lamanya. Dalam pengalaman yang saya miliki sejak tahun 2012-2016,
pelaksanaan ramadhan di Pulau Lombok terlihat sama saja seperti pelaksanaan
ramadhan di daerah asal saya yaitu Sumbawa. Hampir tidak banyak perbedaan,
sehingga tidak ada identitas yang menjadi pembeda, yang kemudian mampu
‘menjual’ nama Lombok dan menarik wisatawan.
Namun ternyata, Lombok bergerak
perlahan. Bak bayi yang masih merangkak. Setelah mendapatkan identitas, Lombok
mulai melakukan percepatan. Setelah award tahun 2015 didapat, dan dilanjutkan
lagi dengan 3 award dari ajang World
Halal Tourism Awarld (WHTA) 2016, Lombok terlihat semakin percaya diri.
Dalam CEO Message #29 yang
disampaikan oleh Menteri Pariwisata yaitu Bapak Arief Yahya, beliau
menyampaikan bagaimana pentingnya komitmen kepala daerah dalam meningkatkan
percepatan pembangunan pariwisata suatu daerah. “Komitmen Gubernur, Bupati dan
Walikota itu menentukan 50% kesuksesan daerah dalam membangun sektor
pariwisata”, ungkap Pak Menteri. Dan saya rasa Gubernur NTB paham betul akan instruksi
dari Bapak Menteri yang akrab dengan sapaan Menteri AY ini.
Bulan puasa atau bulan ramadhan,
sudah seharusnya memiliki ciri khas. Dan wajar saja jika diberikan
keistimewaan. Karena memang pada hakekatnya, ini adalah bulan penuh berkah di
dalam agama islam. Justru akan terasa aneh jika bulan ramadhan terlihat sama
saja dengan bulan-bulan lainnya. Dan yang saya alami selama beberapa tahun
belakangan ini, bulan ramadhan masih terlihat begitu biasa dan tanpa adanya hal
yang istimewa. Sehingga kurangnya antusiasme masyarakat.
Pesona
Khazanah Ramadhan yang diprogramkan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan didukung oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang diluncurkan
pada tanggal 04 Mei 2017 di Jakarta, menurut saya merupakan salah satu wujud
bahwa pemerintah provinsi NTB juga memahami peluang dan kekuatan yang
dimilikinya. Kekuatannya adalah sesuai dengan apa yang telah saya jabarkan di
atas, dan peluangnya adalah bulan ramadhan itu sendiri. Nampaknya pemprov paham
betul, bahwa NTB harus menciptakan pembeda bagi bulan ramadhan dengan
bulan-bulan sebelumnya.
Apa yang saya lihat dan saya rasakan
dalam bulan ramadhan tahun ini sangatlah berbeda. Nuansa islami terasa semakin
melekat di hati. Pariwisata halal yang selama ini dibicarakan mulai terasa
semakin kental. Bagaimana tidak? Sejak pembukaan Pesona Khazanah Ramadhan pada
25 Mei 2017, berbagai kegiatan islami sudah menjadi pembuka. Sebut saja
kehadiran Ustad Muzammil Hasballah, yang memiliki suara merdu dalam membaca
Al-qur’an dan melantunkan Surat Ar-Rahman ketika pembukaan, dilanjutkan dengan Tabligh
Akbar yang disampaikan oleh Ustad Yusuf Mansyur yang begitu membara dengan
‘Spirit Sulaimannya’ dan kemudian ditutup oleh penampilan grup band islami
yaitu Debu yang berhasil menghipnotis masyarakat pada malam itu.
Saya senang melihat kolaborasi dan
partisipasi. Kolaborasi merupakan sebuah nilai yang sangat berharga dalam
kehidupan organisasi maupun pemerintahan. Apalagi ketika kolaborasi itu mampu
menghadirkan partisipasi publik. Tentunya itu merupakan sebuah nilai tambah
dalam suatu daerah. Dan semua itu terlihat dalam pelaksanaan Pesona Khazanah
Ramadhan.
Kolaborasi secara arti sebagai
tindakan kerjasama. Dan dalam Pesona Khazanah Ramadhan ini saya belajar banyak
hal. Pertama, Kolaborasi antara pemerintah dan media dalam hal ini Pemprov NTB,
Dinas Pariwisata (Dispar) NTB dan Republika. Kedua, antara Dispar NTB dengan
UPT Islamic Center dan para takmir Islamic Center. Ketiga, Kolaborasi
antara Dispar NTB dengan industri perhotelan. Dan yang terakhir menurut
pandangan saya adalah kolaborasi antara Dispar dengan komunitas relawan.
Kemeriahan Bazaar
Dok. Pribadi
Media Center yang dikelola komunitas
Dok. Pribadi
Lalu apa yang dihasilkan? Yang
dihasilkan adalah meningkatnya partisipasi publik. Semua ini terjadi ketika
sebuah kolaborasi menghasilkan sebuah konsep, dan ketika sebuah konsep mampu
direalisasikan, dan ketika sebuah realisasi mampu dipublikasikan dengan baik.
Inilah pandangan saya terkait NTB selama bulan ramadhan ini. Pemerintah Daerah
didukung instansi lain berhasil membuat sebuah konsep. Dan ditambah dengan
hadirnya relawan pengelola media center,
maka komunikasi dan publikasi menjadi lebih masif dan merangkul masyarakat
luas.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu,
tentu sangatlah jauh perbedaannya. Tahun lalu, UPT Islamic Center hanya fokus pada kegiatan keagaman, tanpa adanya
kegiatan lain yang dimaksudkan untuk menarik kedatangan masyarakat. Tahun lalu
pun, dispar NTB tidak memiliki kegiatan yang begitu menarik seperti saat ini.
Nyaris tidak ada pembeda dengan bulan lainnya. Namun, apa yang saya lihat di
tahun ini, kolaborasi itu ada dan semuanya terbalut dalam nuansa islami. Ada
ikatan yang dibangun antara pemerintah dan pihak lainnya yang memiliki peran.
Keputusan untuk memusatkan kegiatan
di Islamic center Hubbul Wathan adalah
keputusan yang tepat. Karena memang ikhtiar awal pembangunan islamic center adalah sebagai pusat
kegiatan keagamaan di NTB. Ditambah lagi dengan pengadaan puluhan stand bazaar yang dikhususkan bagi para
pelaku UMKM dan beberapa industri. Kemudian kegiatan-kegiatan islami seperti bazaar buku, bedah buku, talkshow pariwisata halal hingga
beberapa perlombaan, ini pun sudah cukup sukses menarik perhatian masyarakat
untuk berkunjung ke islamic center. Dan
yang paling istimewa adalah pameran beberapa perlengkapan perang Rasulullah dan
para sahabat serta adanya kehadiran 4 imam besar dari Timur Tengah yang akan
memimpin jalannya ibadah salat tarawih dari awal hingga akhir ramadan. Hasilnya
adalah partisipasi publik benar-benar meningkat, Islamic Center tidak pernah terlihat sepi karena berbagai kegiatan
terlaksana setiap harinya. Ketika usai melaksanakan salat Dzuhur para jamaah masih mengikuti kajian. Ketika usai salat tarawih, pembacaan tadarus pun masih begitu ramai yang menyaksikan, dan ketika usai salat jum'at, para jamaah masih menanti hingga kajian tafsir usai dilaksanakan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ada masyarakat yang
sengaja datang jauh-jauh dari luar Kota Mataram dan luar Pulau Lombok hanya untuk
menikmati nuansa Pesona Khazanah Ramadhan di Islamic Center Hubbul Wathan.
Panggung Hiburan di Area Bazaar
Dok. Pribadi
Kegiatan Berbuka Puasa Bersama
Dok. Pribadi
Keramaian Shalat Tarawih Bersama Imam Besar
Dok. Pribadi
Replika Tongkat dan Busur Panah Rasulullah SAW
Dok. GenPI Lombok Sumbawa
Sungguh pemandangan yang indah
bukan? Kolaborasi antara pemerintah,
swasta dan masyarakat. Hingga akhirnya menghasilkan sebuah mahakarya yang mampu dirasakan secara
luas kebermanfaatannya. Dalam bulan penuh berkah ini, masyarakat seakan-akan
merasakan betul kehadiran pemerintah. Inilah dia yang dimaksud dengan
kolaborasi dan partisapasi dalam nuansa islami. Ada ikatan yang begitu erat
yang dibangun dalam Pesona Khazanah Ramadan ini. Dan hal inilah yang menurut
saya sangat istimewa dan patut untuk dibanggakan.
NTB saat ini sudah paham akan jati
diri, apa yang selanjutnya harus dilakukan adalah tetap membenahi dan tidak
terlalu berbangga diri. Pencapaian memang patut untuk dibanggakan, namun bukan
berarti tidak ada yang harus dikembangkan. Saat ini kita sudah mampu memiliki
pembeda, dan selanjutnya kita harus tetap mampu menjaga citra. Salah satunya
adalah dengan terus berbenah dan kolaborasi yang terus terjaga.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog #RamadhanDiLombok 2017 yang diselenggarakan REPUBLIKA & Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat."
Berfoto Bersama Syeikh Mouad Duoaik (Maroko)
(Saya pertama dari kanan)
Dok. Pribadi
Berfoto Bersama Syeikh Essat El Zayyed (Mesir)
(saya pertama dari kiri)
Dok. Pribadi
Kegiatan tambahan yang diselenggarakan komunitas
Dok. GenPI Lombok Sumbawa
Kegiatan tambahan yang diselenggarakan komunitas
Dok. GenPI Lombok Sumbawa
Kegiatan tambahan yang diselenggarakan komunitas
Dok. GenPI Lombok Sumbawa
Komentar
Posting Komentar