‘Tradisi Ngayunan Damar’ : Tradisi Bermain Ayunan Unik Warisan Nenek Moyang Desa Tenganan Pengringsingan
KARANGASEM -
Siapapun yang berkunjung ke Desa Bali Asli, Desa Tenganan Pegringsingan yang
terletak di Karangasem, Bali pasti akan dibuat takjub dengan sejarah dan nilai
historis yang berkembang di desa ini. Terlebih, benda yang terlihat sudah tua yang menjulang tinggi dan
berada di tengah jalan utama di desa Tenganan Pegringsingan.
Jika dilihat secara
kasat mata, orang awam pasti akan mengira bahwa benda ini adalah benda sakral
yang digunakan melakukan prosesi keagamaan bagi masyarakat desa. Namun ternyata,
benda ini adalah Ayunan. Atau masyarakat Desa Tenganan menyebutnya “Tradisi
Ngayunan Damar”, karena bermain ayunan di desa ini merupakan tradisi yang merupakan
warisan dari nenek moyang.
Tradisi Ngayunan
Damar, pada dasarnya hanya dimainkan atau dilakukan sekali dalam setahun yaitu
pada bulan Juni atau Juli setelah pagelaran Perang Pandan (Mekare-kare). Menurut
sejarahnya, Ayunan yang ada di Desa Tenganan ini tidak boleh sembarang
dimainkan. Karena setelah ayunan dipasang, selanjutnya harus diupacarakan
terlebih dahulu.
Tradisi Ngayunan
Daman ini dimainkan oleh 4 atau 8 orang (tergantung bentuk ayunan) gadis belia
yang disebut “Truni Daha”. Kemudian dari Truni Daha yang telah siap bermain ini
akan dipilih satu orang gadis untuk mengenakan mahkota, yaitu “Truni Daha Miik”
gadis yang belum kena datang bulan.
Jika Truni Daha
Miik tidak ada, bisa digantikan oleh Truna (laki-laki) yang belum beranjak
dewasa. Dalam penyelenggaraan tradisi ini para truni daha menggunakan pakaian
khusus yaitu rangrang kain tradisional berwarna keemasan khas masyarakat Bali
Aga.
Permaianan ayunan
akan dimulai ketika para truni telah menempati delapan posisi yang tersedia,
yang terbagi dalam empat bagian dan duduk berpasangan untuk setiap barisannya. Setelah
itu, pada tiang penyangga di sebelah kira dan kanan ayunan, akan ada dua orang
truna yang bertugas mengayunkan atau mengontrol laju ayunan.
Jika mengacu pada
sejarah, dalam mengayunkan ayunan ini tidak boleh sembarang. Harus diputar tiga
kali kea rah selatan dan kemudian tiga kali ke arah utara begitu seterusnya
selama tiga kali berturut-turut. Selama permainan berlangsung, biasanya akan
diiringi oleh alunan gamelan selonding yang dimainkan oleh para penabuh untuk menambah
kemeriahan permainan.
Saat ini, seiring dengan
perkembangan yang ada, Tradisi Ngayunan Damar selain dimainkan pada usai Perang
Pandan (Mekare-kare). Biasanya juga dimainkan sebagai salah satu atraksi
penghibur bagi para pengunjung Desa Tenganan Pegringsingan yang saat ini telah terbuka
pada wisatawan dan telah menjadi Desa Adat Tradisional di Kabupaten Karangasem.
Namun meski
demikian, nilai-nilai leluhur serta filosofinya akan tetap dijaga dan
dilestarikan karena makna dari Tradisi Ngayunan Damar ini sangatlah sederhana,
yaitu untuk mempererat tali persahabatan antar generasi penerus Desa Tenganan Pegringsingan.
Komentar
Posting Komentar